Publik pernah gempar ketika video syur Ariel dan Cut Tari beredar. Warga masih basah-basah, muncul video Ariel dan Luna Maya. Semakin heboh saja. Di satu sisi, kasus dianggap tabu dan melanggar norma kesusilaan sehingga Ariel mesti menjalani hukuman kurungan. Di sisi lain, peredaran video syur menjadi hiburan bagi warga masyarakat. Dengan kata lain, video semacam dikutuk dan dirindukan sekaligus.
Tidak hanya di dunia selebritis saja video semacam itu menjadi guncangan publik.Namun juga di ranah politik. Kasusnya tak kalah heboh dengan yang terjadi di ranah selebritis. Berikut beberapa kasus video syur yang melibatkan politisi, antara lain: Kasus Weiner (2011). Anggota Kongres AS Anthony Weiner terlibat dalam skandal sexting dan mengirimkan foto-foto vulgar. Kasus David Vitter (2007). Senator AS David Vitter terlibat dalam skandal prostitusi dan memiliki hubungan dengan pelacur. Kasus Silvio Berlusconi (2011). Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dituduh memiliki hubungan dengan pelacur dan mengadakan pesta seks.
Sementara di Indonesia mencuat kasus: Kasus Yahya Zaini (2011). Anggota DPR Yahya Zaini terlibat dalam skandal video mesum. Kasus Arifinto (2016). Bupati Banyumas Arifinto terlibat dalam skandal video syur yang menghebohkan publik. Kasus M. Erwin (2019). Anggota DPR M. Erwin terlibat dalam skandal video asusila.
Tidak kalah dengan kasus korupsi, kasus-kasus skandal video syur bisa memungkas karier politik politisi. Mereka bisa terjerat masalah hukum dan moral sekaligus. Tak jarang yang terkena kasus harus menanggalkan jabatan yang mereka pegang. Seperti kasus Yahya Zaini yang mesti lengser dari kursi anggota dewan.
Kita bisa melihat kisah Anthony Weiner. Dalam film dokumenter berjudul Weiner kita bisa menyaksikan pupusnya karier politik yang cemerlang karena skandal seks. Wienier dua kali terkena kasus. Pertama menyebabkan dirinya harus mundur dari anggota senat. Seperti kata pepatah, politikus bisa mati berkali-kali namun bisa bangkit lagi. Wiener mencoba bangkit lagi dengan mencalonkan diri sebagai Wali Kota New York pada tahun 2013. Dalam film itu kita bisa menyaksikan bagaimana keceriaan dan optimisme kubu Wiener runtuh ketika skandal seksnya mulai mencuat. Entah dari mana datangnya, di saat masa kampanye berbagai skandal seks Wiener tersebar ke publik. Maka apa daya, Wiener harus terbunuh dua kali dan kali ini tak bangkit lagi.
Begitulah dunia politik bekerja. Sebagaimana seks yang merupakan sesuatu yang purba, skandal seks selalu mengiringi kehidupan politik. Siapa tidak kenal Caligula. Kaisar Romawi ini sangat terkenal dengan skandal seksnya. Dalam film Caligula yang disutradarai oleh Tinto Brass, kita bisa melihat bagaimana perilaku seksual sang kaisar. Dalam kasus yang lebih tua, ada kisah Raja Oeidipus yang menikahi ibunya sendiri, seperti skandal Kaisar Nero yang diceritakan punya hubungan intim dengan ibunya. Kisah-kisah semacam itu menghiasi perpolitikan sepanjang manusia mengenal politik. Hilang dan tumbuh tanpa ada yang bisa membendungnya.
Michel Foucault menulis buku Sejarah Seksualitas yang menguarikan hubungan antara seks, pengetahuan dan kekuasaan. Dalam uraiannya, perkara seks adalah masalah konstruksi baik dari kekuasaan maupun pengetahuan. Sementara dalam taraf yang banal, seks dan politik dalam berbagai peristiwa, tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, skandal seks merupakan keris Mpu Gandring yang mematikan. Siapa saja yang tertusuk akan binasa karier politiknya.
Dalam politik kiwari di Indonesia, pertarungan politik juga masih memakai senjata yang sama. Skandal seks merupakan senjata yang ampuh. Peristiwa semacam ini merupakan sesuatu yang gurih, disukai oleh banyak orang yang bahkan apolitis. Menjadi tontonan yang mendebarkan dan ditunggu-tunggu. Apalagi sekarang ketika smartphone sudah dengan mudah dimiliki oleh publik. Semuanya bisa menyaksikan di layar HP sembari berak, lesehan, rebahan, mengendarai kendaraan atau belanja di mal.
Kita tunggu, apakah skandal seks politisi papan atas dengan inisial H yang konon akan beredar akan menghebohkan seperti kasus Ariel dan Luna Maya dan Cut Tari? Atau hanya penggalan 19 detik seperti kasus Gisella?***