Kabar gembira datang dari Singapura. The Straits Times menobatkan Prabowo Subianto—Presiden tercinta kita—dalam jajaran 10 pemimpin dunia yang berpengaruh. Presiden kita ini memang membanggakan. Sempat dihancurkan karier militernya, dituduh hendak kudeta, kini menjadi salah satu bintang terang di dunia. Bersama Trump, Putin dan Xi Jin Ping, Prabowo naik ke atas panggung perpolitikan dunia. Di tingkat global, dia disegani seperti Sukarno di masa lalu.
Gagasan-gagasan Prabowo memang progresif dan revolusioner. Salah satunya adalah makan bergizi gratis. Negara hanya bisa maju bila sumber daya manusianya mumpuni. Untuk itu diperlukan asupan gizi yang cukup bagi siswa-siswi di sekolah. Oleh karena itu, makan bergizi gratis sangat dibutuhkan. Setelah 79 tahun merdeka, baru Prabowo yang mewujudkan program itu. Prabowo telah belajar sampai negeri Cina yang bisa meroket kemajuannya karena kualitas manusia yang jempolan.
Rencana Prabowo untuk melakukan swasembada pangan dan energi, bisa dibilang brilian. Hilirisasi dalam bidang tersebut akan membuat Indonesia menjadi raja pertanian dunia. Tanpa food estate yang telah dimulai sejak era Jokowi, julukan Indonesia sebagai negeri agraris hanya bualan semata. Rencana membuka 20 juta hektar lahan untuk industri pertanian merupakan langkah yang jitu. Bila rencana itu dijalankan dengan konsisten, Indonesia akan menjadi produsen terbesar industri pertanian dunia. Ceracauan lembaga swadaya lingkungan hanyalah pesanan dari tuan donor Barat yang tak mau Indonesia menjadi raja pertanian dunia. Mereka hanya ingin Indonesia menjadi konsumen semata, tanpa mampu mengembangkan industri pertanian.
Prabowo rupanya lagi-lagi belajar pada Tiongkok. Industrialisasi pertanian di Negeri Tirai Bambu itu berkembang pesat. Mereka melakukan mekanisasi pertanian dengan mendorong penggunaan teknologi maju dalam pertanian, seperti penggunaan traktor, mesin penyemprotan dengan drone dan mekanisasi dalam pemanenan. Dalam pengelolaan lahan, pemerintah Tiongkok melakukan sentralisasi. Kebijakan ini memungkinkan petani menggarap lahan dalam skala yang besar dengan sistem pertanian kolektif. Program ini dilengkapi dengan pemberian subsidi yang signifikan dalam pembelian alat-alat pertanian dan pupuk. Tiongkok juga mengembangkan industri pertanian.Saat ini mereka sudah mengembangkan industri pertanian berbasiskan AI/kecerdasan buatan. Hasil dari semua itu, sebagai contoh, Tiongkok telah berhasil menghasilkan padi mencapai 6,9 ton/ha. Sementara di negara kita masih jauh di bawah itu.
Dengan terobosan-terobosan yang akan dilakukan, sudah wajar bila Prabowo menjadi salah satu di antara 10 pimpinan berpengaruh. Mantan Danjen Kopassus itu telah memperlihatkan visi progresifnya menuju Indonesia Emas. Dengan kenyataan seperti ini, maka sudah tepat bila kader-kader Partai Rakyat Demokratik (PRD) bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Hampir semua program PRD diambil oleh Prabowo. Sebagai contoh, Serikat Tani Nasional (STN) sebagai salah satu organisasi mantel PRD yang bekerja di kalangan petani, memiliki program traktor dan teknologi maju untuk petani. Program ini sekarang sedang dijalankan oleh Prabowo. Semestinya dengan sepenuh hati STN mendukung program Prabowo ini.
Dengan bergabung dengan Prabowo, kader-kader PRD bisa mewujudkan apa yang telah dituliskan di dalam manifestonya, yaitu menciptakan tatanan sosial demokrasi kerakyatan. Dalam berbagai kesempatan, Prabowo menyatakan bahwa kapitalisme maupun sosialisme tidak cocok untuk Indonesia. Maka perlu diambil jalan tengah yaitu sosial demokrasi. Di PRD ditambah kata “kerakyatan” untuk memperlihatkan pembelaannya kepada wong cilik, dan membedakan dengan sosial demokrasi di Eropa.
Sebagaimana disampaikan oleh Mao Tse Tung, “Kita menghadapi dua kontradiksi, yaitu kontradiksi antara kita dan musuh, dan kontradiksi antara rakyat itu sendiri.” Rakyat adalah segenap elemen yang mendukung Indonesia menjadi negara maju. Sementara musuh adalah siapa saja yang mengganjal proses kemajuan tersebut. Saat ini Prabowo berada di pihak rakyat. Sudah pas ketika kader-kader PRD bersama Prabowo. Komitmen kerakyatan dari Prabowo inilah yang patut mendapat sokongan dari berbagai pihak. Seperti yang pernah dikatakan oleh Deng Xiaoping, “Tak penting kucing berwarna merah, putih hitam atau telon. Yang penting berani menangkap tikus.” Dan, figur itu ada di dalam diri Prabowo.
Masih banyak dibutuhkan kader-kader PRD untuk bergabung dengan pemerintahan Prabowo. Empat atau lima kader tentu tidaklah cukup. Potensi-potensi terbaik PRD sudah waktunya menyokong Prabowo untuk menuntaskan Revolusi Demokratik.***