Duka Mendalam.
Inalillahi Wa Inanaillaihi Ro’jiun…,
Kembali kita kapedhotan katresnan.
Kehilangan kawan yang kita cintai dan mencintai kita kita semua:
Nur Widi Atmaka
(Sleman 23/9/1971 – 29/12/ 2024)
Vijay, begitu dia dikenal di kalangan kawan-kawan pergerakan. Saking populernya panggilan itu, banyak yang lupa siapa nama aslinya.
Setelah menamatkan pendidikannya di SMA 9 tahun 1990, Vijay melanjutkan kuliah di Jurusan Administrasi Negara UGM pada tahun 1990.
Semasa kuliah, Vijay aktif berkegiatan dan bergabung dengan kelompok pecinta alam Fisipol UGM Setrajana. Selain itu, dia juga aktif sebagai aktivis gerakan mahasiswa. Vijay mengorganisir hampir semua elemen masyarakat, mulai dari lingkungan kampus, pinggiran kota, perkampungan buruh dan perdesaan.
Sampai akhir hayatnya Vijay masih tetap malang melintang di dunia pergerakan. Kawan diskusi yang hangat dan bersemangat. Aktif menggalang jaringan pergerakan di masa akhir kekuasaan Sang Tiran, bahkan sampai akhir hayatnya. Vijay telah mewakafkan dirinya untuk perjuangan demokrasi di negeri ini.
Bersama Nining, Vijay adalah pasangan pergerakan yang legendaris. Rumah mereka adalah semacam Rumah Perjuangan, tempat teman-teman lintas generasi berjumpa, berdiskusi, dan tetap menyalakan api elan vital perjuangan.
Vijay telah memberikan kemudaannya, tenaga dan pikirannya, untuk urun sumbangsih guna ikut proses merawat impian bersama menjadi Indonesia. Perkawanan, lebih tepatnya Paseduluran yang diulurkan kepada kawan-kawannya, adalah hangat solidaritas kemanusiaan. Kami semua pasti akan kehilangan kehangatan ini, tapi yakinlah kenangan atasnya tak akan lekang, kawan!
Pasangan ini, masih dalam proses meng–asah, meng–asih dan meng–asuh trio anak lanang mereka: Ilalang, Elan dan Asa. Sista Nining, sebagai bunda yang baik, pasti akan sanggup mendampingi mereka bertiga. Ketiganya juga anak-anak kita semua, bukankah guna mendidik seorang anak adalah tanggung jawab seluruh komunitasnya, karena itu dibutuhkan peran serta semua anggota komunitas yang lain. Mereka bertiga akan menjadi pelanjut mimpimu, dan mimpi kita semua, yang masih jauh untuk diwujudkan.
Jadi, usah meragu. Pergilah dalam lerem damai menuju istirahat panjangmu, Bung Vijay. Sejarah akan mengingat namamu, sebab engkau sendiri yang sudah menuliskannya di dalam lembaran-lembarannya dengan praksis baik. Hal-hal kecil khilaf dan salah yang tidak sengaja kau buat dalam perkawanan selama ini, dengan ikhlas kami maafkan. Sebab kami yakin sikap tulus dan kebaikanmu, telah menghapus itu semua. Dengan ikhlas pula kami melepas kepergianmu, dengan payung cinta, sepenuh-penuh cinta. Air mata kami yang tumpah berderai, biarlah memeteraikan dan mengekalkan cinta dan paseduluran kita.***
Kiswondo, Sastrawan Kiri