Batal majunya Jokowi dalam pemilihan ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bukan karena alasan politik. Secara politik Jokowi akan melenggang dengan mulus bila mencolonkan diri sebagai ketua umum PSI. Berdasarkan info dari orang dalam, batal majunya Jokowi lebih disebabkan oleh hitung-hitungan weton.
Dalam kepercayaan Jawa,weton merupakan hitung-hitungan hari lahir dan pasaran. Weton merupakan semacam peta bagi orang Jawa agar tak tersesat dalam melangkah. Weton tidak hanya digunakan untuk mencari pasangan hidup, menentukan hari yang baik untuk membangun rumah, mencari rejeki, bercocok tanam, tapi juga digunakan untuk menentukan langkah politik.
Sudah banyak diketahui Jokowi memiliki weton Rabu Pon. Weton ini memiliki angka 7 kembar. Pada akhirnya Jokowi jadi presiden ke -7. Sebagai orang Jawa tulen, Jokowi seringkali memakai patokan Primbon sebelum mengambil keputusan penting. Misal, ketika menjadi presiden, Jokowi seringkali melakukan reshuffe kabinet pada hari Rabu Pon. Bagi Jokowi, Rabu Pon merupakan hari yang memiliki makna spiritual yang tinggi.
PSI lahir 16 November 2014. Bila dilihat weton PSI adalah Jumat Legi. Weton ini tak cocok bila dipasangkan dengan Rabu Pon. Bila dipaksakan untuk bersatu justru akan menimbulkan keretakan. Oleh karena itu, setelah melakukan penghitungan weton, Jokowi mengurungkan niat untuk mencalonkan dirinya sebagai ketua umum PSI. Jika tetap maju yang didapatkan PSI akan bernasib tibo sial (mendapatkan sial).
Nah, bagaimana dengan Kaesang Pangarep? Kaesang memiliki weton Minggu Pon. Secara hitung-hitungan weton juga tidak cocok bila menahkodai PSI. Tapi tunggu dulu. Ketidakcocokan ini bisa diatasi. Minggu Pon merupakan weton Tulang Wangi. Weton ini memiliki keistimewaan khusus dalam Primbon.
Weton Tulang Wangi banyak memiliki kelebihan. Mereka memiliki mata batin yang tajam sehingga bisa melihat makhluk-makhluk tidak kasat mata dengan jelas. Dengan ketajamannya ini, mereka memiliki kepekaan batin melebihi yang lain sehingga weruh sakdurunge winarah (tahu sebelum kejadian). Misalnya, dengan ketajaman mata batin yang dimilikinya, dalam sebuah pertemuan terbatas sebelum Pilpres 2024, Kaesang memprediksi pasangan Prabowo-Gibran akan menang 58% dan sekali putaran. Prediksi tersebut terbukti tokcer alias tidak meleset.
Tulang Wangi juga memiliki keistimewaan menjadi pemimpin. Ia memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, mudah bergaul dan pintar mencari peluang. Dengan karakter seperti ini, Kaesang cocok memimpin partai seperti PSI. Sebagai pemilik weton Tulang Wangi, ketidakcocokan menjadi ketua umum PSI berdasarkan hitungan-hitungan Primbon, akan bisa diatasi oleh Kaesang. Bila Kaesang terpilih, maka PSI akan mengalami nasib tibo begjo (mendapatkan keberuntungan).
Nah, ini yang tak kalah seru. Bila tidak cocok menjadi ketua umum PSI, Jokowi cocok di mana? Berdasarkan hitung-hitungan Primbon, Jokowi sangat cocok menjadi ketua umum PDIP. Seperti kita ketahui, weton PDIP adalah Senin Legi. Weton ini sangat cocok bila dipasangkan dengan weton Rabu Pon. Bila ini terjadi, PDIP akan mengalami nasib tibo kamulyan (mendapatkan kemulyaan). Dan, ini memang terbukti.
Sejak menjadi wali kota Solo hingga menjadi presiden, Jokowi membawa kemulian bagi PDIP. Sebelum Jokowi bergabung, PDIP hanya partai pinggiran. Partai ini selalu kalah dalam Pilpres dan suaranya selalu rendah. Begitu Jokowi gabung, partai ini meroket. Jokowi menjadi presiden selama dua periode dan PDIP menguasai parlemen. Namun, begitu Jokowi meninggalkan kandang Banteng, partai ini langsung nyungsep dan tantrum sampai hari ini.
Bila Jokowi menjadi Ketua Umum PDIP maka akan semakin kuat bila sekjennya memiliki weton Tulang Wangi. Salah satu kader PDIP yang memiliki weton Tulang Wangi adalah Bambang Pacul. Sebagaimana sudah tersebar di masyarakat, weton Pacul adalah Kamis Wage.
Apabila weton Rabu Pon dan Kamis Wage bersatu, maka akan memiliki energi spiritual yang sangat besar. Dengan begitu akan bisa mengembalikan kejayaan PDIP yang sekarang sedang ditinggalkan pulungnya. Siapa yang tidak akan ngeri bila kedua kekuatan itu bersatu?***