KEPALAN TANGAN KIRI PRABOWO DI HARI BURUH

Prabowo Subianto mengepalkan tangan kiri. Ia menyanyikan lagu Internationale. Suara baritonnya mengumandangkan:

“Bangunlah kaum yang terhina!

Bangunlah kaum yang lapar!

Kehendak yang mulia dalam dunia

Senantiasa bertambah besar”

Baru pertama kali presiden Indonesia ikut menyanyikan lagi Internationale. Dulu, lagu ini hanya dinyayikan aktivis buruh Kiri. Sekarang Prabowo ikut berdendang menyanyikannya dengan penuh semangat. Kita tunggu bagaimana majalah Tempo akan memberitakan peristiwa ini.

Setelah gerakan Kiri lumpuh, tercerai berai, Prabowo mengambil alih peranan. Di hari sakral bagi kaum buruh, 1 Mei, Prabowo mengepalkan tangan kiri. Dua simbol gerakan Kiri telah diambilnya. Pemihakannya kepada kaum buruh jelas. Prabowo tak ingin kaum buruh terhina. Prabowo tak mau kaum buruh lapar. Ia ingin kaum buruh mulia.

Hari ini kita menyaksikan peringatan hari buruh seperti di lapangan Tiananmen zaman Mao Zedong. Dalam setiap kesempatan Hari Buruh, Mao selalu menyampaikan pidato, mengumandangkan pentingnya persatuan dan solidaritas bagi kaum buruh. Pada perayaan hari ini, 1 Mei 2025, Prabowo menyampaikan hal serupa. Dengan tegas, Prabowo menyatakan sebagai presiden kaum buruh. Ia ingin berdiri di sisi yang papa.

Setelah Sukarno, Prabowo merupakan presiden kedua yang hadir secara langsung dalam perayaan  Hari Buruh. Dalam kesempatan peringatan Hari Buruh, Sukarno pernah mengatakan: “Ditindas habis-habisan, diperas mereka punja keringat. Semua laba, jang datang dari keringatnja kaum buruh ini masuk didalam kantongnja kaum kapitalis.” Semangat Sukarno untuk memperjuangkan hak-hak kaum buruh itu kini dioper oleh Prabowo. Megawati sebagai anak biologis Bung Karno tak pernah melakukan itu. Ia justru menggilas kaum buruh dengan kebijakan ekonomi neoliberalnya.

Buruh merupakan soko guru dalam perekonomian Indonesia. Tanpa buruh, modal hanyalah seonggok barang tak berguna. Pabrik hanyalah rumah hantu. Oleh karena itu, Prabowo bertekad untuk memperbaiki kesejahteraan kaum buruh. Prabowo akan merampas aset-aset para koruptor untuk kepentingan rakyat. Ini tentu merupakan langkah maju bagi bangsa Indonesia. Komitmen Prabowo terhadap buruh tak main-main.

Dalam kesempatan perayaan Hari Buruh, Prabowo juga meminta kaum buruh mengusulkan pahlawannya. Dan salah satu nama yang disebut adalah Marsinah. Ini sudah tepat. Marsinah adalah buruh perempuan yang konsisten memperjuangkan hak-hak kaum buruh. Ia dibunuh karena konsisten membela kepentingan kaum buruh.

Satu nama lain yang patut diusulkan menjadi pahlawan buruh adalah Wiji Thukul. Selain dikenal sebagai penyair, Thukul adalah aktivis buruh. Ia terlibat dalam serangkain aksi-aksi mogok buruh. Salah satu diantarnya di Stritex. Dalam kesempatan seperti itu, Thukul membacakan puisi-puisi perlawanannya. Agus Jabo sebagai Wamensos sekiranya bisa mengusulkan nama Wiji Thukul sebagai pahlawan buruh, tentu saja mendampingi Marsinah. Jasa-jasanya untuk kaum buruh sudah teruji.

Pada akhirnya kita melihat sosok Prabowo yang sebenarnya. Prabowo yang mencitai kaum buruh, petani, nelayan dan kaum tertindas lainnya. Prabowo menempatkan dirinya sebagai “bapak” kaum proletar. Sebagaimana di akhir lagu Internationale yang dinyanyikan di Lapangan Monas, kita berharap di bawah kepemimpinan Prabowo “Internasionale/Pasti di dunia.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *