Ilustrated by AI
1/
Filsafat Lubang mengenal gagasan: sejarah perjuangan umat manusia adalah sejarah perjuangan membebaskan lubang dari penindasan dan penghisapan.
2/
Sebagai salah satu cabang dari filsafat, Filsafat Lubang kurang populer bila dibandingkan dengan cabang-cabang filsafat yang lain, misal, Filsafat Politik, Filsafat Hukum, Filsafat Kebudayaan, Filsafat Ilmu maupun Etika. Keberadaan Filsafat Lubang tertutup selaput tipis kesadaran palsu masyarakat, sehingga ia hanya dibicarakan dalam lingkaran-lingkaran kecil. Ia sebetulnya dirindukan, tapi masyarakat malu untuk membuka seluas-luasnya. Tak mengherankan kalau Filsafat Lubang mengalami hambatan-hambatan dalam perkembangannya. Konsekuensinya, belum ada konsep yang utuh tentang Filsafat Lubang; belum ada buku yang ditulis; belum melahirkan filsuf. Dengan kondisi seperti itu, dalam tulisan ini aku terpaksa meraba-raba dalam gelap yang sunyi, tanpa ada bintang yang menerangi cakrawala, tanpa nyanyian kelelawar. Dalam suasana yang gulita dan sedikit mistis, aku mencoba menguraikan Filsafat Lubang.
Keberadaan Filsafat Lubang tertutup selaput tipis kesadaran palsu masyarakat, sehingga ia hanya dibicarakan dalam lingkaran-lingkaran kecil.
3/
Filsafat Lubang sebenarnya berangkat dari ujaran umum yang sudah dikenal luas: teruslah terperosok lubang yang sama sepanjang hidupmu. Ujaran ini sudah sangat kuno, yang dalam perkembangan historisnya ketika sampai corak produksi kapitalis dibungkus dengan seperangkat etika yang rumit. Sederhananya, kapitalisme menempatkan pada problem individualisme, memisahkan dari problem kolektivitas; dalam politik melahirkan anarkisme, liberalisme dan eksitensialisme, dalam kebudayaan mengejawantah dalam humanisme universal, dalam Filsafat Lubang mengokohkan adagium: Bolonganku duwekku dewe. Ojo mbok ganggu. Yen mbok ganggu, tak kaplok raimu (terjemahan bebasnya: Lubangku miliku sendiri. Jangan diganggu. Kalau kau ganggu, tak tempeleng mukamu). Adagium yang dikokohkan oleh corak produksi kapitalisme inilah yang kemudian melahirkan kontradiksi dalam masyarakat.
4/
Sebetulnya, dalam sejarah masyarakat Indonesia, Filsafat Lubang telah menemukan keberhasilan yang gemilang dibandingkan yang terjadi di belahan dunia lain. Arok—seorang pemuda tanpa asal usul—dengan konsep Filsafat Lubang telah berhasil membangun pondasi baru bagi masyarakat Indonesia—yang setelah era Atlantis mengalami kemunduran yang dahsyat. Arok adalah satu-satunya dalam sejarah masyarakat Indonesia yang sukses membebaskan lubang (milik Dedes) dari penindasan dan penghisapan Tunggul Ametung.
Perjuangan Arok dalam membebaskan lubang (milik Dedes) menggunakan senjata yang dikenal 4 kaki nandi: front, massa, senjata dan dana. Dengan senjata tersebut, Arok berhasil membongkar sistem masyarakat yang usang dengan menggantinya dengan masyarakat baru (penghapusan pengkastaan, pengakuan agama dan usaha menyatukan Jawa dalam kesatuan ekonomi politik). Usaha Arok ini bermuara ketika terbentuknya imperium Majapahit (Sekedar selingan, jangan dimasukkan di hati: pada masa Arok, perjuangan sudah sedemikian majunya. Padahal ini terjadi beratus-ratus tahun sebelum Marx lahir. Anehnya, kini, gerakan justru mundur dengan meniru metode topo pepe zaman Mataram; ketika perlawanan dilakukan dengan duduk-duduk di Alun-alun depan kraton Mataram).
Perjuangan Arok dalam membebaskan lubang (milik Dedes) menggunakan senjata yang dikenal 4 kaki nandi: front, massa, senjata dan dana.
Periode Arok juga menandai patahnya adagium bolonganku duwekku dewe. Arok berani melakukan pemberontak pada kepemilikan lubang yang dikuasai Tunggul Ametung. Arok memberontak karena melihat kondisi objektif bahwa kepimilikan lubang Tunggul Ametung telah menyebabkan Dedes tertindas dan terhisap. Pemberontakan yang dilakukan Arok—dengan perspektif yang berbeda—telah memberikan keberanian pada pemberontakan-pemberontakan yang lain—PKI ’26, Agustus ’45, PKI ’48.
5/
Filsafat Lubang juga pernah terpuruk. Ini terjadi pada era Mataram. Tumenggung Wiroguno ingin menguasai lubang (milik Mendut). Tapi hasrat ini gagal ketika Ponocrito muncul. Karena gagal, tumenggung tua itu membunuh Mendut dan Ponocrito. Peristiwa ini membawa dampak yang panjang dalam sejarah masyarakat Indonesia. Pembunuhan Mendut merupakan pembunuhan terhadap munculnya bibit-bibit borjuasi lewat industri rokok. Sementara pembunuhan Ponocrito merupakan pembunuhan terhadap kebudayaan pesisir yang dilakukan oleh kultur agraris. Kedua pembunuhan ini membawa dampak yang merusak. Pembunuhan pertama menyebabkan tidak munculnya borjuasi yang tangguh karena bibit-bibit kemunculannya selalu dibunuh. Pembunuhan kedua membawa akibat terbelahnya mental masyarakat Indonesia: di satu sisi menerima modernisme, di sisi lain tidak mau meninggalkan kebudayaan agraris (contohnya: kemana-mana pegang Ipad dan perangkat-perangkat modern lainnya, tapi masih percaya pada hal-hal mistis, melakukan ritual-ritual sisa-sisa kebudayaan agraris.
6/
Sepertinya memang takdir historisnya kalau Filsafat Lubang hanya berhasil ketika masa Arok-Dedes. Ini bisa dilihat ketika Filsafat Lubang ini coba dianut oleh gerakan kiri di Indonesia, mengalami kegagalan. Berangkat dari berita di koran-koran kiri, seorang aktivis revolusioner dipecat karena kedapatan tidak menjalankan falsafah: teruslah terperosok lubang yang sama sepanjang hidupmu. Sang aktivis yang sudah memiliki lubang berusaha mendapatkan lubang yang lain. Karena tidak sesuai dengan pakem organisasi di mana dia bernaung, maka dipecatlah aktivis tersebut. Inilah yang kemudian menimbulkan perpecahan di dalam organisasi revolusioner tersebut.
Pandangan klasik mengenal corak produksi masyarakat menentukan suprastruktur. Dalam organisasi revolusioner, lubang yang menentukan suprastruktur. Problem lubang ini kemudian berimbas pada problem idiologi dan politik. Kemudian terjadi perdebatan yang berujung pada perpecahan. Yang sayangnya, perdebatan dan perpecahan dalam suprastruktur tersebut tidak berhasil berdialektika dengan memajukan basisnya. Tidak berhasil sebagaimana masa Arok-Dedes.***